Minggu, 23 Oktober 2011

Peka + Peduli = Kontribusi

Hanya dengan modal rasa ingin tahu dan iseng, akhir minggu kemarin saya bersama teman ikut berpartisipasi di Job Fair UKSW. Banyak sekali pemandangan yang jarang kami temui tapi sebenarnya sangat sering terjadi didunia nyata. Di website resmi UKSW disebutkan bahwa peserta di hari pertama sudah mencapai 800 orang. Ketika saya mengikutipun saya memperhatikan bahwa justru sebagian besar berasal dari luar UKSW. Bahkan ada dari Purwokerto yang jauh perjalanannya lebih dari 5 jam. Bisa dibayangkan betapa banyak jumlah lulusan perguruan tinggi yang berebut mencari pekerjaan


Padahal sebenarnya jika ingin ditelusur, banyak sekali lowongan yang tersedia. Buktinya salah satu website penyedia lowongan kerja selalu ada posting tiap harinya. Twitter kaskuspun lebih sering memunculkan lowongan pekerjaan daripada berita atau informasi lain. Tapi nyatanya selain fenomena yang saya alami akhir minggu lalu, data di bulan Juni 2011 juga menyebutkan bahwa ada 8,12 juta penggangguran terbuka di Indonesia.


Fakta diatas sepertinya menjadi alasan yang sangat kuat sehingga banyak universitas dan acara televisi yang membahas mengenai kewirausahaan (entrepreneurship). Banyak teori dan pembahasan yang muncul mengenai topik ini. Tapi dari sekian banyak yang diulas, yang saya bisa ambil kesimpulan adalah kepekaan terhadap lingkungan sekitar kita.


Kepekaan itu bermula dari kebutuhan apa yang belum terpenuhi disekitar kita. Ide itu yang kemudian bila dikembangkan menjadi titik awal dari kewirausahaan. Tak lupa adanya kegigihan dan kesetiaan dalam menekuni sesuatu menjadi modal yang sangat diperlukan. Memulai sesuatu itu jauh lebih sulit daripada melanjutkan atau mengikuti sesuatu. Kepekaan juga bisa berarti melihat sumber daya potensial yang belum diberdayakan. Entah itu sumber daya alam atau sumber daya manusia. 


Dari penjelasan diatas, bisa dilihat bahwa kepekaan menimbulkan kepedulian dan kepedulian bisa memberi kontribusi yang positif bila disertai dengan kegigihan dan kesetiaan. Mari sama-sama belajar untuk PEKA dan PEDULI terhadap lingkungan sekitar kita..


Tuhan Memberkati

Jumat, 07 Oktober 2011

Membudayakan Antri

Cerita dimulai pada saat saya dengan antusias berangkat jauh lebih cepat ke sebuah acara rohani di salah satu gereja. Kedatangan saya dan teman yang lebih cepat ini bertujuan supaya bisa menunggu didalam gereja dan mengikuti acara dari awal dengan lebih nyaman. Karena pada saat itu terdengar kabar bahwa pada jam dimulai acara, gerbang gereja tersebut akan ditutup. 

Ternyata realita yang kami temui sama sekali diluar dugaan. Kami harus menunggu hampir 1 jam diluar gereja karena gereja belum selesai dibersihkan (sebelumnya ada kegiatan lain yang ternyata baru selesai). Cerita menjadi menarik ketika setengah jam sebelum acara, kami yang menunggu terpaksa berdiri bergerombol di pintu masuk. Para panitia membentuk pagar betis, menahan supaya jangan ada yang masuk (jadi teringat situasi demonstrasi antara mahasiswa dan polisi). 

Karena menunggu terlalu lama, niat panitia yang ingin membentuk sebuah ANTRIAN supaya yang ingin masuk bisa diperiksa satu per satu tas-nya dan tidak berdesak-desakan saat masuk, musnah saat celah dibuka. Ironisnya yang menyerobot antrian tidak hanya ibu-ibu yang bermuka "lugu" tapi juga anak remaja yang cuma bisa nyengar nyengir saat ditegur.

Dalam ilmu manajemen, konsep antrian sendiri memiliki makna suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Dan sepertinya sangat susah untuk membentuk suatu GARIS tunggu di lingkungan kita.

Akan menjadi maklum bagi kita bila yang tidak bisa membentuk GARIS itu adalah orang tua atau orang dewasa yang tidak berpendidikan. Orang-orang seperti mereka pun bahkan seringkali jauh lebih sopan ketika ditegur, mereka masih bisa meminta maaf dan mengikuti GARIS yang sudah ada. Menjadi miris bagi kita ketika yang melakukan itu adalah pelajar, mahasiswa atau bahkan orang kantoran. Yang seharusnya sudah mengerti apa arti kata ANTRIAN dan seharusnya lebih bisa menghargai sesamanya.

Teringat hukum kedua yang terutama yang ditekankan di perjanjian baru, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Jika Anda ingin dihargai, hargailah orang lain. Jika Anda tidak ingin diserobot antrian, jangan menyerobot atau memberikan orang lain menyerobot antrian Anda. Mari sama-sama belajar untuk membudayakan ANTRI dilingkungan sekitar kita..:)

Tuhan Memberkati

Selasa, 04 Oktober 2011

Mengingat Kapasitas Daya Ingat

Dimulai dari kuliah Teknologi Informasi yang memasuki topik membuat blog. Seperti yang terlihat di arsip blog, saya sudah mulai mengisi blog ini dari bulan Juni. Justru karena sudah beberapa bulan saya tidak mengisi, yang terjadi adalah saya LUPA password. Dan ternyata yang mengalami hal ini tidak hanya saya, beberapa teman dalam satu kelas mengalami hal yang sama.


Di satu sisi saya 'bahagia' melihat fenomena ini. "ternyata saya ada temannya..", itu yang saya katakan dalam hati. Tapi di sisi lain ada hal yang membuat saya berpikir, apa sich yang membuat orang jadi pelupa?? Karena setelah saya renungkan, itu bukan hal pertama yang pernah saya alami. Saya pernah lupa menaruh kunci motor, saya pernah lupa membawa handphone dan dompet, saya pernah lupa ada tugas kuliah. Tidak bermaksud melupakan (terutama untuk kalimat yang terakhir :D) tapi nyatanya terlupakan.


Saya pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa memang daya ingat manusia terbatas dan masing-masing orang memiliki kapasitas yang berbeda. Tapi secara umum, manusia hanya bisa mengingat tiga sampai empat hal sekaligus. Penemuan tersebut muncul pada tahun 2008. Itupun sudah dikatakan penurunan. Karena sebelumnya penelitian menunjukan bahwa manusia bisa mengingat tujuh hal sekaligus. Itulah sebabnya nomer telepon pada awal muncul umumnya terdiri dari 7 digit.


Kabar baik untuk kita semua adalah daya ingat bisa dilatih untuk terus ditingkatkan. Daya ingat bekerja dengan baik bila terus dilatih dengan kegiatan belajar (teringat pepatah : tuntutlah ilmu setinggi langit), membaca (yang disarankan adalah novel, karena kita dilatih untuk mengingat tokoh dan alur cerita) dan memecahkan masalah (bukan berarti kita harus mencari atau membuat masalah loh.. :D). 


Ilmuwan Einstein saja mengaku baru menggunakan 10% dari potensi otaknya. Proporsi segitu saja sudah banyak memberi kontribusi bagi dunia. Nyata sungguh bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Mari sama-sama belajar untuk meningkatkan Kapasitas Daya Ingat kita.. :)


Tuhan Memberkati..